Tentang Sepakbola Indonesia

Izzun Nafis
3 min readJul 4, 2019

--

Football is played with the head. Your feet are just the tool. - Andrea Pirlo

Saya bukan pengamat bola, pun begitu bukan fanatik klub bola. Akan tetapi rasanya cukup menarik untuk melihat perjalanan persepakbolaan Indonesia.

Jika boleh bercerita, dahulu saya memang menjagokan salah satu tim di liga Indonesia. Sebut saja Arema. Waktu itu adalah masa di mana Noh Alam Shah dan Muhammad Ridhuan yang menjadi pemain andalan Arema. Bagi saya waktu itu permainan Arema memang unik walaupun dengan ciri permainan yang cenderung keras.

Yang saya ingat di masa setelah itu, liga Indonesia sedang mengalami perpecahan. Muncul 2 liga yaitu ISL dan IPL yang kemudian berdampak pada dibekukannya sepakbola Indonesia.

Kemudian setelah masa ini, saya tidak lagi cukup tertarik dengan persepakbolaan di Indonesia. Dulunya saya sering menonton pertandingan Arema, kini mungkin hampir tidak pernah saya menonton pertandingan liga 1. Akan tetapi saya kadang masih iseng untuk sekedar mengetahui perkembangan sepak bola di Indonesia. Apalagi saya memang masih punya ketertarikan lebih terutama berkaitan dengan timnas Indonesia.

Yang pertama adalah klasemen liga 1 tahun lalu. Liga tahun lalu ini cukup menarik jika kita lihat klasemennya.

Kemudian coba kita bandingkan dengan musim 2010

Atau mungkin liga inggris tahun lalu :

Hal yang menarik adalah, di musim lalu liga Indonesia tidak memiliki tim-tim yang lebih dominan dibandingkan dengan tim-tim lain. Gap perolehan poin hanya sekitar 25 poin antara peringkat pertama dan peringkat terakhir. Jika dibandingkan dengan tahun 2010, dengan tim yang hanya berjumlah 15 (logikanya semakin banyak tim seharusnya gap poin bisa lebih jauh) gap poin bisa mencapai angka 45. Bahkan di liga inggris bisa mencapai 69 poin. Di titik ini saya merasa aneh. Mungkin dengan kacamata lain bisa dianggap bahwa kondisi seperti ini adalah kondisi yang kompetitif dan seru. Akan tetapi bagi saya kondisi ini justru menimbulkan kesan yang tidak kompetitif, bahkan saya pernah menganggap bahwa pertandingan liga 1 hanyalah untung-untungan.

Kemudian hal lain yang membuat saya kurang sreg dengan persepakbolaan di Indonesia adalah perihal pemain di jajaran top skor. Papan top skor akhir-akhir ini membuat saya tertarik untuk melihat sejarah top skor liga Indonesia. Yup, top skor Indonesia memang mayoritas dikuasai oleh pemain asing. Mungkin dalam kurun 1 dekade hanya ada nama Boaz Solossa sebagai pemain asli Indonesia yang pernah menjadi top skor. Sisanya adalah nama nama asing. Jika kita tinjau top skor musim ini

Yup dalam jajaran top 8 pencetak gol terbanyak, hanya ada 1 pemain Indonesia asli yang bertengger di daftar tersebut. Mungkin bisa menjadi bahan penelitian yang menarik mengapa orang Indonesia sangat sulit untuk dapat menjadi pemain bola dengan jumlah gol yang banyak.

Memang benar bahwa logikanya adalah kita merekrut pemain asing karena mereka memiliki kemampuan lebih dibanding pemain kita. Akan tetapi bukankah menjadi lebih menarik apabila pemain Indonesia asli juga punya sejarah dalam persepakbolaan Indonesia. Saya rasa orang-orang akan lebih bangga ketika disebut nama Bambang Pamungkas sebagai striker andalan tim.

Tentu hal ini berimbas ketika berbicara tentang timnas Indonesia. Permasalahan ini bagi saya menimbulkan sedikit keresahan. Ketajaman penyerangan timnas bergantung pada pemain naturalisasi (bisa dilihat perbandingan permainan timnas senior Indonesia saat striker naturalisasi dimainkan dan saat striker itu tidak dimainkan). Kebanggaan saya rasanya sedikit berkurang apabila penentu kemenangan Indonesia adalah pemain asing berlabel naturalisasi.

Nah ini pendapat saya sebagai pecinta bola setengah-setengah. Bagaimana pendapat kawan sekalian?

--

--

Izzun Nafis
Izzun Nafis

No responses yet